PENYESALAN
TAK BERUJUNG
Kukuruyuuukkkk…..
Suara ayam jago diluar
sana terdengar begitu jelas ditelingaku hingga mampu membangunkanku dari tidur
nyenyak semalam. Begitu tersadar aku langsung menguap dan duduk sejenak diatas
tempat tidur pink-ku. Sesaat kemudian, aku segera merapikan kamar dan tempat
tidurku yang serba berantakan oleh buku-buku yang kupelajari semalam, setelah
itu aku pun bergegas mandi dan memakai seragam sekolah
Setelah kusiapkan
segala keperluanku untuk pergi ke sekolah pagi ini, aku menuju ke meja makan
yang ternyata disana sudah ada Mama, Papa dan Adikku.
“Pagi, Sukma” suara
lembut mama menyapaku .
“Pagi, Sukma” Sulis,
adikku juga mengikuti apa yang mama ucapkan.
“Pagi juga” langsung
saja aku membalas sapaan mereka dan segera duduk di tempat duduk biasanya. Ku
ambil sepotong roti beroleskan selai stroberi kesukaanku dan segelas teh hangat
buatan mama.
**
Namaku Sukma lebih
tepatnya lagi panjangnya Sukmawati. Biasa aku dipanggil Sukma oleh teman-teman,
guru, orangtua, saudara juga semua orang
yang mengenalku. saat ini aku berusia 15 tahun. Pagi ini, aku berangkat
menuju ke sekolah menjalankan aktivitasku sebagai pelajar yang duduk di
bangku kelas tiga SMP semester 1, di salah satu SMP negeri di kota kecil tempat
tinggalku. SMP NEGERI 7 Mimika, Timika. Seperti biasanya begitu masuk kelas aku
hanya berjalan menghadap depan tanpa meneoleh ataupun menyapa teman-temanku.
Hingga akhirnya membuat mereka menegurku.
‘’Ih..sukma nih jalan
lurus-lurus aja sampe-sampe gak lihat orang didepannya’’ tegur Dani. Salah satu
teman kelasku.
Yah, aku memang terkenal sebagai cewek super
cuek dan jutek dikelas. Tapi memang inilah aku, aku memang tak terlalu suka
bergaul, apalagi dengan orang asing yang belum terlalu ku kenal. Aku hanya
dekat dengan satu dua atau tiga orang saja.
Teng..teenggg…teeenggggg…..
Tiga kali bunyi lonceng
di sekolahku menandakan jam masuk pelajaran, jam pertama adalah jam mata
pelajaran matematika, pelajaran kesukaanku meski aplikasinya menggunakan 1001
rumus. Pak Simanullang , guru matematika kami datang menuju ruang kelas. Kali
ini ada yang sedikit berbeda dengan kedatangan beliau, kulihat dari kejauhan yang
kebetulan bangkuku berdekatan dengan pintu kelas. Beliau datang membawa
seseorang. Entah siapa itu?
“Selamat pagi anak-anak..”
sapa beliau kepada kami dengan logat bataknya yang khas dan dengan sejuta
senyum tersebar di raut wajahnya.
“Selamat pagi juga pak
guru” jawab kami serentak.
Kudengar suara berisik
teman-temanku dibelakang sana, aku tak mendengar pasti apa yang mereka
diskusikan. Tetapi aku sudah bisa menyimpulkan bahwa apa yang mereka bicarakan
adalah tentang murid baru yang berdiri ragu tepat disebelah pak guru.
“Anak-anak, disamping
pak guru ini adalah teman baru kalian, dia baru saja datang dari luar kota. Dia
pindahan dari Makassar.”
“huuuuuuuuhhuuuuuu”
suara teman-temanku membuat kegaduhan kelas pagi ini.
“Oke,,oke untuk lebih
jelasnya langsung saja yah, dia yang memperkenalkan dirinya sendiri” canda pak
guru pada kami semua dan mempersilahkan anak baru itu.
Satu menit, dua menit, hingga
lima menit berlalu cowok itu masih saja bungkam, tunduk dan mungkin saja ia
malu untuk berucap kata didepan 34 orang yang sedang duduk dihadapannya yang
dipenuhi berjuta pertanyaan & berjuta rasa penasaran terhadapnya, begitu
juga aku.
Sepuluh menit berlalu,
akhirnya dia berani untuk membuka mulutnya dan dengan pelan-pelan satu per satu
kata mulai ia ucapkan dan antusias kamipun mendengarnya dengan seksama.
“Selamat pagi
teman-teman”
Belum sampai dijawab
oleh kami ia melanjutkan pembicaraannya.
“Nama saya Wisnu
Arimbawa, biasa dipanggil Wisnu. Saya pindahan dari SMP Negeri 2 Makassar dan
sekarang saya tinggal di jalan Pendidikan. Terimakasih” begitulah tadi perkenalan
singkat darinya.
Sesaat setelah
perkenalan, Wisnu di ijinkan untuk duduk. Dia duduk tepat dibelakangku bersama
si Billy. Pelajaran matematikapun berlangsung seperti biasanya.
** tiga jam berlalu, waktu
istirahatpun tiba, teman-temanku pada berkenalan sama si murid baru itu. Memang
ku akui dia ganteng, tinggi dan putih. Tampak dari segi fisik dia mendekati cowok
sempurna. Tak heran jika teman-teman perempuanku semua tertarik padanya dan
mencoba mendekatinya. Tapi aku, tak seperti mereka, hanya aku yang tak peduli
dan berjalan sendiri menuju kantin sekolah. Temanku bertanya-tanya ditengah
keributan kantin.
”Eh, katanya ada anak
baru yah dikelasmu? Cowok apa cewek? Tanya Dyah dan Sinta dengan rasa penuh
penasaran.
“Cowok” jawabku
singkat.
“Ganteng gak..Ganteng
gak?” tanya mereka bersahutan
“Emmmm…lumayaan”
jawabku sinis.
“Ohhhh” jawab mereka
kesal.
Kemudian, tanpa
bertanya lagi dua sekawan itu pergi entah kemana. Aku bersikap biasa kepada
mereka bahkan kepada si Wianu.. Meskipun tak bisa ku ingkari bahwa dia
benar-benar keren dan ganteng, cukup untuk membuat seseorang terpesona.
Sebulan berlalu,
hari-hari bersama kelas 9D terlewati tak sia-sia. Kulihat perkembangan Wisnu
yang sudah mulai banyak memiliki teman, bahkan dia sudah semakin sering
menyapaku yang terkenal jutek, cuek dan tak peduli. Didalam kelas aku siswa lumayan
pendiam akan tetapi jangan ragu akan prestasiku. Tuhan menganugerahkan aku
kemampuan yang tak terbelakang, bahkan aku masuk di tiga besar juara umum
sekolah setiap semesternya.
Dengan kemampuanku yang
lebih dari pada teman-temanku yang lain, Wisnu menjadi semakin sering datang ke
bangkuku dan bertanya-tanya mengenai pelajaran. “Sukma, kamu tuh hebat yah,
udah cantik, pendiam, pinter lagi” bisik Wisnu padaku ketika diskusi kelompok
berlangsung.
‘’Ah. Gak kok biasa
aja’’
‘’Gak kamu tuh beda
sama cewek lain dikelas ini bahkan di sekolah ini’’
Mendengar pujiannya
barusan aku hanya menanggapinya dengan senyum simpul dan menunjukkan kedua
lesung dipipiku. Aku sedikit agak asing, dipuji oleh seorang cowok seperti
Wisnu.
Wisnu memang sering
sekali memujiku, bahkan dia pernah bilang padaku bahwa dia menyukai tipe cewek
yang cuek tetapi smart alias pintar. Aku memang tak terlalu ge-er, tapi setiap
kali Wisnu berbicara hal itu entah padaku secara langsung ataupun pada teman
lain, aku merasa akulah yang ia maksud.
**
Semester dua pun tiba,
seperti peraturan yang ditetapkan oleh sekolahku, mulai bulan ini kami
pengayaan, maklum saja sedikit lagi aku dan teman-teman kelas 9 akan
mengahadapi ujian Negara. Saat-saat inilah yang membawaku dekat dengan si Wisnu,
dia selalu saja mendekatiku entah dikelas maupun di kantin, entah pada saat jam
istirahat maupun saat pelajaran berlangsung.
“Cie, cie Sukma makin
lengket nih sama Wisnu” teriak Ratih ketika ia melihatku berdiri berdua dengan Wisnu.
Ratih adalah salah satu teman yang dekat denganku dikelas dan disekolah. Maklum
sifatku yang cuek dan jutek tak membuatku banyak memiliki teman.
“Apaan sih Ratih”
balasku dengan nada sedikit jengkel. Memang Ratih sebelumnya sudah berkata
padaku kalau Wisnu menyukaiku. Tapi kerap aku abaikan perkataan Ratih yang ku
anggap hanya omong kosong belaka.
Semakin lama aku
semakin dekat dengannya hingga suatu malam ia meneleponku
Kriingg……. bunyi
ponselku tanda ada panggilan masuk , kulihat nama Wisnu didalamnya…
“Haloo….” Sapaku pada Wisnu
diujung sana
“Hai Malam Sukma Lagi
apa?” tanya Wisnu
“Nih, lagi baca Novel.
Kamu?” tanyaku balik
“Lagi kangen sama
kamu,.. hehehe” candanya.
Akupun terdiam tak
menjawab sepatah katapun ungkapan Wisnu barusan. Kami sama-sama diam. suasana
pun menjadi hening. Yang ku dengar saat itu hanya suara detak jarum jam dikamar
kecilku yang sudah menunjukkan pukul 11 malam. Cukup lama. Akhirnya Wisnu
angkat bicara
“Oh ya Sukma, ada yang
aku mau bicarain sama kamu..” suara Wisnu diujung telepon membuatku penasaran
“Iyah, bicara aja.
Emangnya kamu mau ngomong apa?” tanyaku pelan, karna takut mama menegurku jika
sampai jam segini aku belum juga tidur.
“Sukma…..”
“Yaahh…”
“Emm, aku suka sama
kamu, kamu mau gak jadi pacarku?” bisik Wisnu dengan nada lirih dan memohon
Aku terdiam cukup lama,
seketika badanku gemetar. Entah apa yang kurasakan. Jujur, ini pertama kalinya
aku ditembak. Aku tak tahu aku harus menjawab apa. Aku hanya diam hingga
akhirnya Wisnu menyadarkanku.
“Sukma, gimana?”
“Aduh, gimana yah
Wisnu, aku gak bisa langsung jawab sekarang. Kasih aku waktu yah buat memutuskan
jawabannya’’ jawabku pada Wisnu dengan sedikit gugup.
“Kenapa gak sekarang
aja? Kan selama ini kita sudah cukup dekat. Apa yang musti diragukan lagi?”
tanya Wisnu dengan suara lembutnya.
“Yah, karna belum bisa
aja aku ngasih keputusan sekarang, semua masih perlu ku fikirkan dulu Wisnu’’
‘’Oh yasudah kalau
gitu, gapapa kok aku gak maksa kamu. Tapi jawabnya jangan lama-lama
yah..heheheh’’
‘’Iyah’’ jawabku.
‘’Met bobo yah sukma
moga mimpi indah. Mimpiin aku deh kalau perlu. Hehehe’’ candanya.
‘’Hemmm,,’’ jawabku
dengan nada mengantuk.
Akupun segera mematikan
teleponnya, aku masih dihantui rasa takut karna jika harus mengingkari mama
yang jelas-jelas melarangku berpacaran. Aku berfikir seribu kali.
Bertanya-tanya apa yang sebenarnya ia sukai dariku yang selalu besikap jutek?
Benarkah yang dia ungkapkan tadi adalah sebuah kebenaran? Bagaimana jadinya
nanti jika aku berpacaran dengan orang yang selalu menjadi kejar-kejaran
teman-teman serta adik kelas perempuanku? Mungkinkah? Akankah aku bersalah dan
akhirnya berdosa pada mama karena telah mengingkarinya? Ya allah. Aku bingung.
Disamping aku ingin pacaran, aku juga takut pada mama. Aku berfikir dan terus
berfikir dalam baringku hingga larut malam. Hingga pada akhirnya ketukan mama
dari balik pintu kamarku terdengar dan ternyata jam dikamarku menunjukkan pukul
7 pagi. Aku segera bergegas mandi dan menuju sekolah tanpa sarapan.
Aku pergi kesekolah
dengan dipenuhi rasa malu. Yah, aku malu. Aku malu bertemu Wisnu. Begitu sampai
dikelas ternyata disana sudah ada Wisnu yang dengan santainya duduk dibangkuku.
Dia tersenyum dan akupun membalasnya.
‘’Pagi Wisnu’’ kali ini
aku menyapanya telebih dahulu.
‘’Tumbeenn’’ jawabnya.
Aku masih belum memberi jawaban atas
pertanyaannya Wisnu. Dan setelah melawati beribu pemikiran aku tahu aku harus
jawab apa. Malamnya setelah aku selesai belajar aku segera mengambil handphoneku
dan segera kucari nama Wisnu lalu memanggilnya.
‘’Hai..’’ sapaku ketika
ia mengangkat telponku.
‘’Hai juga..’’ jawab
Wisnu
“IYAH’’
‘’Apanya yang iyah’’
‘’Yang kemarin-kemarin
kamu tanyain tuh.’’
‘’Ahhh,, jadi bener
kamu terima aku’’
‘’Iyah’’ jawabku.. kudengar
gelak tawanya dari ujung sana. Sepertinya dia terlihat begitu bahagia.
Sementara aku disini juga merasakan hal yang sama. Hari ini aku dan Wisnu resmi
berpacaran tanpa ada satupun yang tahu. Hanya wisnu dan aku.
Kami jalani masa
berpacaran kami dengan penuh suka dan cita, kemesraan dan sejuta kebahagiaan
Wisnu berikan padaku, perhatian dan juga kasih sayang yang benar-benar
kurasakan. Aku bahagia mempunyai pacar sepertinya. Kami sering jalan berdua,
sering belajar mempersiapkan UN juga berdua, dan juga kemanapun.
Hubungan kami sekarang
sudah berjalan 4 bulan. Aku semakin dekat dengannya dan akhirnya membuat seantero
sekolah tahu dengan hubungan kami dan yah merekapun bisa menerimanya dengan
baik. Ujian Nasionalpun sudah berlangsung dan terlewati. Rasa takut dihati kami
sedikit menghilang akan tetapi penentuan kelulusan masih satu atau dua minggu
lagi. Setelah pengumuman kelulusan, aku masuk di SMA Negeri sedangkan Wisnu di
SMK negeri masih tetap dikota yang sama, akan tetapi jarak yang memisahkan
sekolah kami cukup jauh. Tapi keadaan ini tak mengahalangi kami untuk tak
saling bertemu. Aku sering main kerumah Wisnu. Dan aku sudah cukup dekat dengan keluarga Wisnu, jadi
bagiku tak canggung lagi setiap kali main kerumahnya. Hanya demi ingin bertemu
Wisnu. Sampai saat ini, diantara senua mantan kekasihnya akulah yang menjalani
hubungan dengannya paling lama.
Hari berganti hari tak bisa kuingkari,
hingga bulan pun terlewati tanpa terasa. Sekarang aku sudah menjadi seorang
siswi yang duduk dibangku kelas X SMA dan memakai baju putih abu-abu, jadi aku
merasa aku sudah remaja.
Pada suatu malam, Wisnu
mengirimku pesan singkat yang dibawahnya terdapat keterangan “Wisnu sayang
Ratih”. Ada apa dibalik sms Wisnu ini? Tanpa kusadar cairan bening menetes dan
akhirnya membasahi pipi. Aku masih bingung dengan maksud Wisnu. Selidik punya selidik aku mendengar dari Billy
bahwa Wisnu selingkuh, aku tahu ini mungkin hanya kabar burung tapi fakta sudah
membuktikan yaitu pesan singkat Wisnu yang dikirimkan padaku beberapa malam
lalu. Mendengar berita itu, seketika hatiku shock. Badanku gemetar dan serasa
dunia gelap. Ku akui aku memang sangat mencintai Wisnu.
Saat ini hubunganku
dengan Wisnu sedikit merenggang dan kamipun sudah jarang berkomunikasi seperti
sebelumnya. Aku sempat sedih dan kecewa terhadap Wisnu, mengapa dia berubah.
Mengapa sekarang dia menjadi seperti ini. Akankah rasa cintanya padaku telah
hilang. Oh ku serahkan semua padamu Tuhan.
‘’Syang’’ panggil wisnu dari balik layar hp-ku
melalui pesan singkat nya. Aku berfikir sejenak.
“Wisnu, bener yah kamu
suka sama Ratih?” tanyaku padanya. Kutunggu balasan smsnya namun dia segera
menleponku.
“Wah apa-apaan ini.
Tidak kok. Siapa yang bilang begitu”
“kemarin tuh kamu kirim
aku sms katanya kamu sayang sama si Ratih” tanyaku pada Wisnu dengan nada
seakan ingin menangis
“Tidak, itu hanya iseng
aja. Sumpah aku sama Ratih gak ada hubungan apa-apa” nada bicara Wisnu sudah
mulai mengasar.
Aku menangis. Dan dari sana ia mencoba menghentikan tangisku.
Tapi tetap saja aku cemburu, tetap saja aku merasa tersakiti. Bagaimana tidak,
Ratih adalah temanku. Aku egois dan mungkin aku masih labil dalam menjalani
sebuah hubungan.
Hapeku berbunyi.
Kubaca. “Sukma, jangan berfikiran negative dulu sama aku, aku sama Wisnu gak
ada hubungan apa-apa. Aku gak mau kamu anggap aku teman makan teman. Tapi
memang aku sama Wisnu tidak ada hubungan apa-apa. Aku berani sumpah Sukma” Aku
tak menghiraukan sms Ratih. Hingga seminggu berlalu aku masih tetap seperti
anak kecil yang tak mau memaafkan dan tetap pada egoku. Cemburu. Hingga
akhirnya aku dan Wisnu mengakhiri hubungan kami.
Setahun berlalu…Selama
setahun terakhir ini aku tak pernah bertemu Wisnu dan aku hanya mendengar kabarnya
dari Billy dan Billy selalu bilang kalau Wisnu masih mengharapkanku. Jujur “aku
juga” ucapku dalam hati setiap kali Billy berkata seperti itu. Sekarang aku tahu kalau ternyata Wisnu benar, dia dan Ratih
tak ada hubungan apa-apa hanya sebatas teman dan ternyata Billy lah dalang dari
semua ini. Dia sengaja ingin merusak hubunganku dengan Wisnu karena Billy juga
menyukaiku. Aku sempat membenci Billy akan tetapi aku tak mau lagi terlalu mengurusi
masa laluku. Ternyata aku yang terlalu egois. Aku terlalu percaya pada gosip
yang tak jelas kebenarannya. Dipertengahan bulan Januari 2012, Wisnu kembali
datang menyapaku
“Sukma, aku sakit.
Sekarang aku lagi di rawat di rumah sakit. Sepertinya aku sudah tak bisa
bertahan lama. Kamu jaga diri baik-baik
ya. Aku sayang kamu’’ aku shock dan sedikit tak percaya dengan smsnya barusan.
Tapi tak sedikitpun niatku untuk membalas smsnya. Ku biarkan saja sms itu.
Hari ini hari Minggu,
kulalui hari Minggu ini seperti biasanya. Entah atas pemikiran apa, aku ingin sekali curhat di
diaryku tentang Wisnu yang setahun ini vakum. Dia datang dalam fikiranku,
membuatku menuangkan satu persatu kata di diary pemberiannya. Sementara aku
sedang menulis, hapeku berbunyi, tanda panggilan masuk. Wisnu. Segera
kuletakkan penaku dan ku tekan tombol hijau di layar hp-ku.
“Assalamualaiku..Sukma.
Wisnunya udah pergi” kudengar suara kakaknya Wisnu.
“Maksudnya kakak apa?
Wisnu kemana kak?” tanyaku penasaran
“Wisnu meninggal dek,
beberapa menit yang lalu” kudengar suara kakaknya yang mulai mengisak tangis.
Sepatah katapun tak
kujawab. Aku terduduk dan terpaku. Aku diam seribu bahasa. Wisnu sudah tak ada
didunia ini lagi. Ya dia meninggal, karena ia menderita penyakit hepatitis dan
malaria. Kabar itu kuterima seketika diluar pemikiranku. Aku menjerit sekuat
tenaga, akan tetapi hanya sebatas dalam hati. Tak ada yang mendengarnya. Tak
ada yang mampu merasakan betapa terpukulnya aku. Hanya aku dan hatiku. Aku menyesal
telah menyia-nyiakannya. Aku menyesal. Aku datang kerumah duka dan hanya bisa
melihat tubuh pucatnya terbaring berbalut kain putih. Air mataku menetes dengan
begitu derasnya tak bisa kutahan, aku berkata pada hatiku sendiri untuk tetap
tegar, kuat dan ikhlas atas ini. Ya Allah maafkan aku yang telah mengabaikannya,
maafkan aku yang menyia-nyiakannya. Kupanjatkan doa padamu Allah, terima dia di
sisiMu, berikan dia Surgamu yang nyaman dan tenteram, ampunilah segala
dosa-dosanya, dan terimalah segala amal ibadahnya. Ya Allah, Sampaikan padanya
‘’AKU MASIH MENCINTANYA’’.
Selamat jalan Wisnu
sampai jumpa dirumah abadi kita. SURGA.
(Cerita ini diambil dari kisah nyata temen sebangku gue , SUKMA . tanpa mengubah nama tokoh dan akhir cerita .. semuaanyaaa berdasarkan FAKTA)